PERSALINAN SEKSIO SESARIA
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN, D3 KEBIDANAN
1. Pengertian Seksio Sesarea
Seksio sesarea ialah persalinan melewati sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1.000 gr atau usia kehamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012, hal. 259).
Seksio sesarea ialah suatu persalinan buatan, di mana janin dicetuskan melalui sebuah insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan kriteria rahim dalam suasana utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2005, hal. 133).
Seksio sesarea adalahprosedur operatif, yang dilaksanakan di bawah anestesia sampai-sampai janin, plasenta, dan ketuban dicetuskan melalui insisi dinding abdomen dan uterus ( Myles, 2011, hlm. 567).
Sebab-sebab Seksio Sesarea
Seksio Sesarea Terencana dan Tidak Terencana
Seksio sesarea yang direncanakan dilaksanakan karena adanya dalil medis. Apabila persalinan dipaksakan secara alami, akan menakut-nakuti keselamatan ibu dan bayi. Hal ini terjadi pada kendala kehamilan yang telah terdeteksi semenjak dini. Seksio sesarea yang tidak direncanakan seringkali diputuskan saat persalinan berlangsung. Waktu pembedahan bisa ditentukan pada seksio sesarea yang direncanakan, sampai-sampai adanya persiapan yang baik untuk dokter dan paramedis serta pasien. Seksio sesarea yang direncanakan yakni pembedahan yang dilaksanakan sebelum persalinan dilangsungkan dapat mengakibatkan segmen bawah rahim belum terbentuk dengan baik, sampai-sampai lebih gampang terjadinya atonia uteri.
Penyebab Seksio Sesarea
1) Faktor Janin
Bayi Terlalu besar. Berat bayi selama 4.000 gr atau lebih mengakibatkan bayi sulit terbit dari jalan lahir. Pertumbuhan janin yang berlebihan sebab ibu menderita kencing manis, dalam ilmu kedokteran dinamakan bayi besar objektif. Apabila tidak dipedulikan terlalu lama di jalan bermunculan dapat membahayakan keselamatan janinnya.
Kelainan letak bayi. Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yakni letak sungsang dan letak lintang. Keadaan janin sungsang bilamana letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala sedang di bagian atas rahim dan bokong di unsur bawah rongga rahim. Kelainan letak lintang mengakibatkan poros bayi tidak cocok dengan arah jalan lahir. Letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Bokong bakal berada tidak banyak lebih tinggi dari pada kepala janin. Sementara bahu berada pada unsur atas panggul.
Ancaman gawat janin. Janin menemukan oksigen melewati plasenta dan tali pusat, bilamana terjadi gangguan maka oksigen yang disalurkan ke bayi bakal berkurang. Kondisi ini mengakibatkan janin mengalami kehancuran otak, bahkan dapat meninggal dalam rahim. Keadaan kelemahan oksigen bisa diketahui dari denyut jantung yang dapat disaksikan pada kardiotokografi (CTG), aliran darah pada tali pusat yang diperhatikan dengan perangkat Doppler sonografi dan adanya mekonium dalam air ketuban.
Janin abnormal. Janin sakit atau abnormal, contohnya gangguan Rh, kehancuran genetik, dan hidrosephalus (kepala besar sebab otak mengandung cairan). e) Bayi kembar Kelahiran kembar mempunyai risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi.
2) Faktor plasenta
Plasenta previa. Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi beberapa atau semua jalan lahir. Hal ini mengakibatkan kepala janin tidak dapat turun dan masuk ke jalan lahir. Jenis plasenta previa yakni plasenta previa marginal, plasenta previa parsial, dan plasenta previa tota Jenis plasenta previa yakni plasenta previa marginal, plasenta previa parsial, dan plasenta previa total.
Solusio Plasenta. Solusio plasenta ialah plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.
Plasenta Accreta. Plasenta accreta ialah plasenta yang menempel di otot rahim. Pada umumnya dirasakan ibu yang merasakan persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan guna hamil dan ibu yang pernah operasi.
Vasa previa. Keadaan pembuluh darah di selaput ketuban sedang di mulut rahim, andai pecah dapat memunculkan perdarahan tidak sedikit yang membahayakan janin dan ibunya. e) Kelainan tali pusat Kelainan tali pusat terdapat dua jenis, yakni prolapsus tali pusat dan terbelit tali pusat. Prolapsus tali pusat ialah keadaan penyembulan beberapa atau semua tali pusat, posisi tali pusat sedang di depan atau disamping unsur terbawah janin atau tali pusat telah berada di jalan lahir. Sedangkan terbelit tali pusat ialah letak dan posisi tali pusat menciptakan tubuh janin, baik di unsur kaki, paha, perut, lengan, atau leher.
3) Faktor Ibu
Usia Ibu yang mencetuskan kesatu kali pada umur sekitar 35 tahun mempunyai risiko mencetuskan dengan operasi. Apalagi pada perempuan yang umur 40 tahun ke atas. Pada umur ini, seringkali seseorang mempunyai penyakit yang beresiko, contohnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia.
Tulang Panggul Cephalopelvic disproportion (CPD) ialah lingkar panggul ibu tidak cocok dengan ukuran lingkar panggul ibu tidak cocok dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat mengakibatkan ibu tidak dapat mencetuskan secara alami. Tulang panggul paling menilai lancarnya proses persalinan. Panggul sempit tidak jarang terjadi pada perempuan dengan tinggi badan tidak cukup dari 145 cm. Bentuk panggul yang menolong memudahkan kelahiran ialah panggul ginekoid.
Hambatan jalan bermunculan Terdapat gangguan pada jalan lahir, contohnya jalan bermunculan yang kaku sampai-sampai tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu susah bernapas. Gangguan jalan bermunculan juga dapat terjadi sebab adanya mioma atau tumor. Keadaan ini mengakibatkan persalinan terhambat.
Kelainan kontraksi rahim Kontraksi rahim lemah atau tidak terkoordinasi atau tidak elastisnya leher rahim sampai-sampai tidak bisa melebar pada proses persalinan, mengakibatkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat melalui jalan bermunculan dengan lancer.
Ketuban pecah dini Robeknya ketuban sebelum waktunya dapat mengakibatkan bayi mesti segera dilahirkan. Kondisi ini menciptakan air ketuban merembes ke luar sampai-sampai tinggal tidak banyak atau habis. Air ketuban ialah cairn yang mengelilingi janin dalam rahim. Air ketuban yang pecah sebelum waktunya bakal membuka rahim sehingga mempermudah masuknya bakteri dari vagina, mengakibatkan infeksi pada ibu hamil ata janin di dalam kandungannya.
Rasa fobia kesakitan Pada ketika kontraksi otot-otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Kondisi ini mengakibatkan proses rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin powerful (Kasdu, 2003, hal. 11).
Persiapan Umum Seksio Sesarea
a. Pemasangan infus
1) Rehidrasi dengan cairan pengganti, selama 2 liter
a) Dextrose 5-10%
b) Ringer laktat atau ringer dextrose
2) Memudahkan pemberian tranfusi darah
3) Memudahkan pemberian premedikasi narkose
4) Memudahkan memberi antibiotika
b. Pemasangan dauer kateter
Untuk mengukur ekuilibrium cairan
Menghindari trauma
Meningkatkan keterampilan untuk sembuh
c. Posisi dan penilaian penderita
Tidur telentang dengan posisi kepala tidak banyak direndahkan
Tanda-tanda vital diukur, terdiri dari: desakan darah, nadi, temperature, pernafasan, dan suasana ekstremitas.
Tanda vital kehamilan diperiksa, di antaranya ialah adanya his dan perbuatan mengejan, lingkaran bandle, detak jantung janin, dan perdarahan.
d. Narkosa perdarahan seksio sesarea. Narkosa pada seksio sesarea dapat dilaksanakan dengan teknik kombinasi, anestesi lumbal, dan anestesi local.
Desinfeksi Lapangan Operasi .
a. Bahan desinfektan
1) Kombinasi yodium – alkohol
Bahannya murah diperoleh
Menyebabkan iritasi kulit dan melekat dengan fokus kuat pada kulit.
2) Betadine
Banyak dipakai, harganya murah
Mudah dimurnikan
Di Negara industry yang maju bahan desinfektan sudah disiapkan dari pabrik dalam sebuah kantong khusus.
b. Teknik desinfektan. Dilakukan dengan teknik mencukur rambut pubis menjelang perbuatan desinfeksi. Menggunakan
1) Kombinasi yodium – alkohol
Larutan yodium dalam alkohol dipaparkan pada lapangan operasi, paha dan selama vagina
Kemudian dimurnikan dengan alkohol 70%
2) Betadine
Betadine dipaparkan di lapangan operasi , selama vagina hingga paha unsur atas
Pemaparan dilaksanakan dua kali
Penutup lapangan operasi. Setelah lapangan operasi disucihamakan, lapangan operasi di blokir dengan kain penutup yang suci-hama (duk steril). kain suci-hama difiksir pada kulit abdomen dengan duk klem Backaus. Penutup lapangan operasi dicocokkan dengan insisi yang bakal dilakukan.
5. Insisi dan Penutup Abdomen
Ada dua macam format insisi dinding abdomen yang lazim dilaksanakan pada operasi seksio sesarea merupakan:
a. Insisi Berdasarkan keterangan dari Pfannenstiel
Insisi pfannenstiel bakal lebih tidak sedikit memotong pembuluh darah dan dapat memunculkan hematoma luka operasi, sampai-sampai perlu diperhatikan, bahwa:
Insisi dilaksanakan suprapubis, pada perbatasan rambut pubis sampai menjangkau fasia abdominalis
Perdarahan diasuh dengan perbuatan ligasi atau termokauter.
Fasia dicukur melintang dengan memisahkannya dari muskulus abdominal dan muskulus piramidalis
Perdarahan arteria/vena epigastrika inferior diasuh
Tepi atas dan bawah fasia bisa diikat pada kulit abdomen
Muskulus rektus dan piramidalis diceraikan pada garis tengah sampai-sampai peritoneum terlihat
Peritoneum dimulai dengan jalan mengusung menggunakan pinset dn dicukur dengan pisau atau gunting. Insisi peritoneum diperlebar sampai uterus tampak. Tepi peritoneum dipegang dengan Mikulicz.
Penutupan luka insisi Pfannenstiel merupakan:
Peritoneum dijahit jelujur, menggunakan catgut kromik
Otot dinding abdomen bisa dipertemukan dengan jahitan simbul plainchomic catgut kecil
Fasia abdominalis dijahit dengan jahitan jelujur peston atau jahitan simpul dengan vicryl/monocryl.
Kulit bisa dijahit secara: simpul menggunakan barang sutra, daan berkelanjutan dengan proline atau vicryl
Luka operasi diblokir dengan kasa suci-hama bahan eksklusif
Pada luka proline jahitan dimulai pada hari ke-10, namun bila menggunakan vicryl jahitan tidak butuh dibuka, lumayan ujungnya aja yang dipotong. Terdapat sebuah modifikasi, insisi pfannenstiel melulu diluarnya saja sementara fasia dimulai membujur. Keuntungan insisi Pfannenstiel ialah dari segi kosmetik terjamin, dan kesembuhan luka lebih baik. Adapun kerugiannya ialah perdarahan yang tidak diasuh dapat memunculkan perdarahan yang lama, butuh dipasang saluran untuk menghindari hematoma dan infeksi.
b. Insisi longitudinal abdomen
Insisi dilaksanakan antara umbilicus hingga supra pubis, berlapis hingga fasia terlihat sepanjang 10-12 cm
Perdarahan diasuh dengan perbuatan ligasi atau kauterisasi
Fasia dimulai sepanjang insisi, kemudian dilepaskan dari otot dinding abdomen
Otot dinding abdomen diceraikan ke samping sampai-sampai peritonium terlihat
Peritonium dimulai
Insisi peritoneum diperlebar ke atas – ke bawah sampai seluruh rahim terlihat
Penutupan luka longitudinal/membujur dilaksanakan secara berlapis, sebagai berikut:
Peritonium dijahit jelujur dengan catgut kronik atau plain
Otot abdomen dijahit simpul dengan plain/chromic catgut
Fasia dijahit jelujur menggunakan peston atau secara simpul menggunakan vicryl
Kulit dijahit simpul dengan sutra atau vicryl
Luka operasi diblokir dengan kasa suci-hama atau bahan hama eksklusif Keuntungan insisi longitudinal ialah insisi bisa (dengan mudah) diperlebar hingga di atas umbilikus andai diperlukan. Adapun kerugiannya ialah kurang mempunyai sifat kosmetik, sebab akan terlihat dari luar.
Jenis-jenis Seksio Sesarea
a. Seksio Sesarea Klasik
Seksio sesarea klasik menurut keterangan dari sanger lebih mudah dibuka dari insisi segmen bawah rahim, dengan indikasi:
Seksio sesarea yang di ikuti dengan sterilisasi
Terdapat pembuluh darah besar sehingga diduga akan terjadi robekan segmen bawah rahim dan perdarahan
Pada letak lintang
Kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
Grande multipara yang dibuntuti dengan histerektomi Keuntungan operasi seksio klasik menurut keterangan dari Sanger ini ialah mudah dilaksanakan karena lapangan operasi relatif luas, dan kerugiannya ialah kesembudah dilaksanakan karena lapangan operasi relatif luas, dan kerugiannya merupakankesembuhan luka operasi relatif sulit, bisa jadi rupture uteri pada persalinan berikutnya lebih besar, bisa jadi terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar.
b. Seksio Sesarea Transperitonial Profunda
Seksio sesarea ini dapat dilaksanakan atas dasar indikasi ibu dan janin. Indikasi ibu yakni gangguan perjalanan persalinan sebab mioma uteri dan yang lainnya, kehamilan yang disertai penyakit jantung atau diabetes melitus, dll. Indikasi janin yakni fetal distress, prolapsus tali pusat, dll. Keuntungan insisi bawah rahim menurut keterangan dari kehrer ialah segmen bawah rahim lebih tenang, kesembuhan lebih baik, dan tidak tidak sedikit menimbulkan perlekatan. Adapun kerugiannya ialah terdapat kendala pada waktu menerbitkan janin, dan terjadi ekspansi luka insisi dan memunculkan perdarahan.
c. Seksio Sesarea Histerektomi
Operasi seksio sesarea histerektomi menurut keterangan dari porro dilaksanakan secara histerektomi supravaginal untuk mengamankan jiwa ibu dan janin, dengan indikasi seksio sesarea disertai infeksi berat, atonia uteri dan perdarahan, solusio plasenta, dan disertai tumor pada otot rahim.
d. Seksio Sesarea Ekstraperitoneal
Operasi jarang dilaksanakan karena pertumbuhan antibiotika, dan guna menghindari bisa jadi infeksi yang bisa menimbulkannya. Tujuan dari seksio sesarea ekstraperitoneal ialah menghindari kontaminasi kavum uteri oleh infeksi yang ada diluar uterus (Manuaba, 2012, hal. 282). Indikasi seksio sesarea ekstraperitoneal ialah perdarahan dampak atonia uteri sesudah terapi konservatif gagal, perdarahan yang tidak dapat di kendalikan pada kasus-kasus plasenta previa dan abruption plasenta tertentu, rupture uteri yang tidak dapat dibetulkan dan lain-lain.
Indikasi Seksio Sesarea
Sebelumnya Sebelum keputusan untuk mengerjakan persalinan dengan seksio sesarea dokter bakal melakukan sekian banyak pemeriksaan guna resiko-resiko yang barangkali terjadi dampak tindakan seksio sesarea, laksana perdarahan, cedera drainase kemih dan usus, atau infeksi. Pertimbangan ini mesti menurut evaluasi pra bedah secara lengkap, mengacu pada kriteria-syarat pembedahan dan pembiusan. Ketentuan itu tidak tidak jarang kali berlaku, khususnya menghadapi permasalahan gawat terpaksa yang membutuhkan kecepatan masa-masa untuk mengerjakan tindakan. Dalam permasalahan yang sama dapat terjadi penangan persalinan yang berbeda. Persalinan dengan seksio sesarea tidak memprovokasi persalinan selanjutnya mesti dilangsungkan secara seksio sesarea. Seksio sesarea berulang dilaksanakan jika terdapat komplikasi yang mewajibkan dilakukannya perbuatan seksio sesarea pulang (Kasdu, 2003).
Seksio Sesarea Elektif
Seksio sesarea elektif mengidentifikasikan bahwa keputusan mengemban prosedur diciptakan selama kehamilan, yang berarti sebelum persalinan dimulai. Jika indikasi seksio sesarea bukan seksio sesarea berulang, laksana plasenta previa, pelahiran pervagina sesudah seksio sesarea bisa diupayakan. Seksio sesarea berulang barangkali diindikasikan, contohnya pada disproporsi sefalopelvik, atau uterus yang telah merasakan dua kali pembedahan (Myles, 2011).
Kunjungan Antenatal Care
Setiap ibu hamil dengan bekas seksio sesarea mestilah mengerjakan pemeriksaan antenatal sebab pada ketika antenatal ibu hamil bakal mendapat informasi mengenai taksiran persalinan, persalinan dengan bekas seksio sesarea mestilah dilaksanakan di lokasi tinggal sakit yang memiliki kemudahan kesehatan yang memadai, dan kapan masa-masa yang tepat guna persalinan ke lokasi tinggal sakit (Prawirohardjo, 2008).
Bacaan Penulis
Kasdu D. 2003. Operasi Caesar. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara Kementrian Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia
Manuaba G B I. 2012. Buku Ajar Pengantar Kuliah Teknik Operasi Obstetri dan Keluarga Berencana. Jakarta: CV. Trans Info Media
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC Mochtar R., 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid II. Edisi 2. EGC, Jakarta.
Myles. 2011. Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka